English French German Spain Italian Dutch Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Senin, 03 Januari 2011

Bumi Tanpa Negara

Batas-batas antar Negara seringkali menjadi masalah. Tulisan ini dibuat akibat berita-berita yang gencar soal perang hamas-israel, yang lebih sering disebut perang Palestina-Israel. Walaupun kabarnya palestina tidak sama dengan hamas atau sebaliknya. Katanya hamas hanya sebagian kecil penduduk palestina. Berita yang gencar dan sindrom pemihakan orang-orang membuat saya banyak merenung.

Kenapa agama memisahkan manusia? Bukankah agama itu jalan untuk mencari dan menemukan Tuhan? Kenapa manusia takut dipengaruhi agama lain? Kenapa agama harus dibela? Kalau betul agama itu jalan untuk menemukan Tuhan, bukankah justru agama itu harus diperbincangkan lebih banyak dan sering daripada perang? Bukankah justru kejam bila jalan menuju Tuhan tidak diberitakan, artinya sama dengan membiarkan manusia lain agama berjalan menuju neraka? Bukankah justru agama yang berbeda-beda harusnya mempersatukan manusia untuk saling berbagi dan bercerita mana jalan yang benar untuk menemukan Tuhan? Bukan mengasingkan, mengharamkan, menajiskan, atau menghindari pertemuan, pengaruh, atau perbincangan dengan agama lain.

Kalau memang banyak jalan ke surga, mengapa jalan agama-agama lain itu sangat bertolak belakang? Bukankah Tuhan cuman satu? Artinya tidak banyak jalan ke surga. Artinya ada jalan yang benar ada jalan yang salah. Artinya manusia harus saling bercerita, berdiskusi, berbagi tentang jalan itu, tanpa rasa takut dituduh menyesatkan atau memurtadkan manusia lainnya. Kalau manusia lain mengambil jalan yang salah, melenceng ke kiri atau ke kanan, bukankah seharusnya justru dirangkul, dikasihani, diberikan pengertian, diceritakan tanpa paksaan jalan mana yang sebetulnya benar? Bukankah Tuhan pun bahkan tidak pernah memaksa manusia untuk mengambil jalan yang mana? Bukankah kebebasan menentukan jalan sendiri adalah anugerah Tuhan bagi manusia yang sejati, yang punya kehendak tidak seperti mesin atau robot?

Dan kalau akibat agama, manusia berperang saling menghancurkan, bukankah itu bukti manusia salah memposisikan fungsi dan maksud agama sesungguhnya? Kalau memang sudah salah kenapa dilanjutkan? Kenapa menceritakan atau membagikan jalan untuk menemukan Tuhan menurut masing-masing agama itu dilarang atau dibatasi? Bukankah Surga itu milik Tuhan, bukan milik manusia apalagi agama?

Begitu juga bumi ini. Tuhan lah pemiliknya. Bukan manusia. Apa hak manusia untuk membatasi manusia lainnya menikmati sebagian tanah yang ada di bumi? Kenapa kekayaan di sebagian tanah di bumi ini hanya dinikmati oleh sebagian manusia yang tinggal di atas tanah tersebut? Bukankah tanah yang kaya itu milik Tuhan? Bukankah manusia tidak bisa berlomba atau bahkan memilih untuk lahir di tanah mana? Bukankah kekayaan bumi ini sudah Tuhan ciptakan cukup untuk dipelihara, dinikmati, diolah oleh semua manusia yang tinggal di bumi? Kenapa masih banyak manusia mati kelaparan di bumi ini? Kenapa manusia yang mati kelaparan di atas tanah yang miskin tidak dapat menikmati makanan yang dapat dihasilkan dari tanah yang kaya? Kenapa manusia yang hidup di atas tanah yang kaya merasa memiliki tanahnya itu lebih daripada manusia yang hidup di tanah yang lain? Bukankah bumi ini milik Tuhan? Bukan milik manusia?

Mengapa bumi ini dibagi-bagi oleh batas-batas negara? Mengapa tidak hanya ada satu negara saja: BUMI. Dan ada banyak kota: INDONESIA, AMERIKA, PALESTINA, ISRAEL, RUSIA, CHINA, IRAN, INDIA, KOREA, dan lain-lain. Mengapa pemeliharaan bumi tidak dikerjakan bersama-sama oleh semua manusia yang hidup di atas bumi ini? Mengapa manusia membagi bumi ini menjadi banyak negara? Mengapa tidak menciptakan BUMI tanpa NEGARA?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar